

Pada tanggal 3-4 Desember 2025, Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (Yapidh) kembali mengadakan Dauroh/Pembinaan dengan tema “Adab dan Akhlak” di Villa Pinus, Bogor. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya adab dan akhlak dalam kepemimpinan, khususnya bagi Pengurus, Koordinator, dan Manajemen Tingkat Sekolah dan Pesantren, yang ada di Yapidh.
Dauroh yang berlangsung selama dua hari, dengan berbagai aktivitas seperti seminar dan kajian, diskusi, outbond, dan kegiatan lainnya. Para peserta akan mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang adab dan akhlak, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola dan memimpin lembaga pendidikan, baik dalam tataran sekolah maupun pesantre
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jajaran pimpinan dan manajemen dari unit TK, SD, SMP, SMA, Pesantren Ikhwan, Pesantren Akhwat, hingga Pesantren Tahfizh. Mengangkat tema besar “Menghidupkan Adab dan Akhlaq Islami dalam Kepemimpinan Sekolah dan Pesantren: Mencetak Generasi Faqih dan Qurani”, daurah ini bertujuan memperkuat arah kepemimpinan dan meningkatkan kualitas tata kelola pendidikan di lingkungan YAPIDH. Acara dimulai pada pukul 13.40 WIB dan berlangsung dengan penuh ketertiban. Bertindak sebagai MC adalah Ustadz Mu’ton, yang mengarahkan jalannya kegiatan secara rapi. Suasana menjadi lebih khidmat saat Ustadz Umar membuka kegiatan dengan pembacaan tasmi’ AlQur’an, yaitu membaca penutup Surah Al-Furqan. Lantunan ayat suci tersebut menjadi pengingat mendalam bahwa pendidikan Islam bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses membentuk manusia agar dekat dan taat kepada Allah جل جلاله.
Sambutan pertama disampaikan olehKetua Dewan Pembina Yayasan, H. Heri Korwara, M.A., yang menekankan pentingnya peran steer committee dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran. Beliau menyoroti bahwa perubahan hanya dapat terjadi melalui growth mindset: kesiapan menerima masukan, kemampuan beradaptasi, dan keberanian dalam melakukan inovasi. Beliau juga menegaskan bahwa keputusan dalam lembaga pendidikan adalah keputusan kolektif, bukan keputusan personal.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ustadz Yulianto, yang menyoroti tantangan terbesar pendidikan hari ini, yakni menjaga adab dan akhlak siswa di tengah derasnya arus teknologi dan budaya modern. Menurutnya, keteladanan para guru adalah kunci utama keberhasilan pendidikan adab, sehingga seluruh pendidik harus memulai pembenahan dari diri sendiri sebelum memperbaiki peserta didik.
Sesi inti daurah dibawakan oleh pemateri utama, Dr. Wido Supraha, M.Si., seorang akademisi dan pemerhati pendidikan Islam yang dikenal dengan gagasan-gagasannya yang visioner. Dalam paparannya, beliau menjelaskan perbedaan mendasar antara dakwah dan pendidikan: dakwah bertujuan menarik manusia kepada Islam, sedangkan pendidikan mendisiplinkan mereka agar hidup dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidikan memerlukan sistem yang kuat, guru yang beradab, serta proses pembentukan karakter yang konsisten. Beliau juga menegaskan bahwa visi adalah poros dari seluruh perjuangan pendidikan. Dengan visi YAPIDH, yakni mencetak generasi Faqih dan Qur’ani, seluruh program, SOP, dan kurikulum harus diarahkan untuk memperkuat pencapaian dua karakter inti tersebut. Dr. Wido mengingatkan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah akhlak, sementara proses menuju akhlak adalah adab— yang mencakup tiga dimensi pembinaan: tarbiyah (jiwa), ta’lim (akal), dan tadris (fisik). Pendidikan yang terlalu fokus pada kognitif hanya akan menghasilkan lulusan cerdas namun rapuh secara moral.
Dalam kesempatan itu, beliau menguraikan pentingnya guru meraih gelar rabbani, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali ’Imran ayat 79. Seorang guru harus mengawali perjalanannya dengan belajar, kemudian mengajar, lalu membina. Beliau menekankan bahwa pendidikan Islam harus melahirkan kader perjuangan, bukan sekadar pekerja. Karena itu, mentalitas guru harus berubah dari “karyawan” menjadi “mujahid pendidikan”. Pada bagian lain, Dr. Wido memaparkan sembilan standar sekolah terbaik, termasuk standar pandangan hidup, kompetensi lulusan, kurikulum, proses belajar-mengajar, hingga standar pendidik. Menariknya, beliau menyebut bahwa lembaga swasta memiliki kebebasan dalam menyusun kurikulum terbaiknya sendiri, bahkan lebih leluasa daripada sekolah negeri. Ia mendorong YAPIDH untuk tidak hanya mengikuti standar pemerintah, tetapi mengalahkan standar nasional dan menjadikan sekolah-sekolah Katolik sebagai kompetitor, terutama dalam hal kedisiplinan dan manajemen. Sesi materi diakhiri dengan pembahasan strategi pencapaian target lembaga pendidikan.
Setiap target harus dirancang terukur dan dicapai minimal 80%. Ia menegaskan bahwa jika ada masalah pada murid, maka yang harus dibenahi adalah muaddib-nya: guru, pola asuh, dan manajemen kelas. Pendidikan yang sukses adalah pendidikan yang membuat murid bahagia belajar dan bertumbuh dalam adab.
Menjelang penutupan kegiatan hari pertama, acara ditutup dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh Ustadz Maftuh, yang memohonkan keberkahan, kelancaran perjuangan pendidikan, dan perlindungan bagi seluruh keluarga besar YAPIDH. Suasana do’a berlangsung khusyuk, menguatkan hati para peserta untuk membawa semangat baru dalam menjalankan amanah pendidikan. Secara keseluruhan, Daurah Manajemen Sekolah & Pesantren YAPIDH 2025 memberikan energi baru bagi seluruh peserta. Kegiatan ini tidak hanya menjadi forum peningkatan kapasitas manajemen, tetapi juga menjadi momentum meneguhkan kembali misi lembaga dalam mencetak generasi terbaik. Dengan pemahaman yang lebih kuat tentang adab, akhlak, visi, dan strategi manajemen, para pendidik dan pengelola siap melangkah menghadapi tantangan pendidikan di tahun-tahun mendatang.
(Disarikan oleh ust. M. Lutfhi – Kepala Pesantren Tahfizh Yapidh 3)





