Pondok pesantren dan orang tua santri perlu menjalin komunikasi dan kolaborasi dalam mencetak generasi sesuai harapan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan agar semua itu dapat terwujud, salah satunya adalah adanya agenda rutin yang mempertemukan pihak pengelola pesantren dan semua orang tua/wali santri.
Yapidh, sebagai salah satu Yayasan yang mengelola pesantren secara rutin mnengadakan agenda Kajian dua bulanan. Agenda ini, selain diisi kajian khusus untuk para orang tua, juga sebagai fasilitas terjalinnya komunikasi dan kolaborasi antara pesantren dan orang tua.
Pada kesempatan kali ini (Ahad, 30/10), kajian disampaikan oleh Ketua Pengurus Harian, Dr. H. Ahmad Kusyairi Suhail, M.A. Dalam paparannya, beliau menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan tema kajian Menjadi Santri Berprestasi, Berbakti Membangun Negeri, di antaranya
- Memperbaiki dan mempertahankan niat. Banyak orang tua yang berpikir bahwa pesantren sebagai lembaga yang dapat memeperbaiki akhlak anak yang buruk. Jika memiliki anak yang sulit diatur, bandel, dan prilaku buruk lainnya, soslusinya adalah anak tersebut harus dititipkan di Pondok Pesantren. Inilah, contoh salah satu niat yang perlu diperbaiki. Orang tua hendaknya berkeinginan agar kelak anaknya menjadi qurata ayun ‘penyejuk hati’. Maka, inilah keinginan yang seharusnya diniatkan oleh seluruh orang tua santri.
- Pesantren bukan pengganti peran orang tua dalam membentuk karakter, peran utama tetap ada pada orang tuanya. Sebagus apapun pesantren membentuk karakter santri, jika di rumahnya tidak ada dukungan dari orang tua, maka hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan
- Membangun komunikasi yang baik dan adanya kolaborasi antara orang tua dan pesantren, sehingga ada kesamaan visi antara pesantren dan orang tua.
- Ada upaya orang tua untuk menjadi orang yang Sholeh. Bagaimana mungkin bayangan tampak tegak, jika tongkatnya bengkok.
- Kesalehan anak-anak kita adalah anugerah dari Allah SWT.
- Pemimpin tidak lahir secara instan. lahirnya pemimpin melalui tahap/proses. Banyak pemimpin lahir justru disertai kesabaran orang tuanya, seperti imam Buchori, imam Malik, dsb. Banyak santri yang betah di pesantren tapi orang tuanya malah terlalu khawatir dengan situasi dan kondisi anaknya.
Setelah kajian, agenda dilanjutkan dengan tanya jawab dan pemberian penghargaan kepada santri dan santriwati berprestasi.